(The Corporate Mystic) Memanusiakan manusia #2

Just Be
2 min readMar 1, 2021

--

Tentang sebuah memanusiakan manusia, sebenernya apa sih definisi dari memanusiakan manusia? bagaimana cara kita memanusiakan manusia? dan kenapa kita harus memanusiakan manusia?

Pertanyaan itu muncul ketika aku berada dibangku kuliah semester 3 tepatnya. Dulu waktu aku kuliah di jogja suka sekali ke angkringan mulai pukul 9 sampai dini hari (biasanya). Di angkringan ini mungkin aku belajar banyak hal khususnya konsep “memanusiakan manusia” aku menemui banyak sekali orang yang singgah silih berganti mulai dari pekerja kantoran, mahasiswa, anak jalanan, bahkan buruh sekalipun. Mereka memesan lalu menyantap nasi kucing dan kopi sambil bercerita dengan orang sebelahnya yang tidak ia kenal.

Salah satu angkringan di sudut Yogyakarta

Lalu dimana letak memanusiakan manusia? ketika mereka bisa menceritakan keluh kesah mereka tanpa beban dan lepas dengan orang yang mungkin tidak mereka kenal tanpa memandang latar belakang pekerjaan dan pendidikan. mereka tidak saling mencibir, merendahkan, atau hal lain yang membuat si pencerita itu sakit hati. mereka yang mendengarkan justru menghormati, menghargai dan tidak mengadili.

Menurut ku itu adalah proses dari memanusiakan manusia dari level rendah yaitu “mendengarkan orang berbicara tanpa mengadili dan tidak mencibir atau bahkan merendahkan”

Proses memanusiakan manusia itu mudah hanya saja membutuhkan konsistensi dan keseriusan. pernah mendengarkan kuliah dari salah satu dosen di angkringan beliau berkata bahwa “sepintar apapun kamu, sekaya apapun kamu, sebaik apapun kamu, dan sesukses apapun kamu kalau semua itu hanya untuk dirimu sendiri, untuk kepentinganmu sendiri kamu belum bisa dikatakan menjadi manusia seutuhnya” kurang lebih begitu translate nya. sebelumnya aku selalu menyebut semua penjual angkringan di Jogja itu adalah bapak/ibu dosen karena dari mereka aku mendapatkan banyak sekali insight lebih dari materi dosen di Kampus, ehehe.

intinya terletak pada kalimat “kepentingan diri sendiri” dan dalam konsep memanusiakan manusia kamu harus siap berbagi atau membagikan apa yang kamu punya dan sejauh mana kamu bisa konsisten dan serius, serius disini dalam artian menuju “keikhlasan” yang kekal. dan menurutku ikhlas adalah ketika kamu sudah lupa apa yang kamu berikan, sekalipun orang itu telah menyakitimu membuat hatimu sakit namun kamu lupa akan kebaikan yang pernah kamu berikan dan berujung memaafkan kesalahan orang tersebut.

Mengapa memanusiakan manusia membutuhkan konsistensi? karena seiring berjalannya waktu kamu akan diuji dengan berbagai macam hal yang membuat kamu lupa, tidak sejalan atau mungkin luput dari konsep memanusiakan manusia.

Dalam bisnis konsep memanusiakan manusia sangat dibutuhkan terlebih dalam kepemimpinan dan pembentukan TIM. memberikan kebebasan berkreativitas kepada TIM merupakan salah satu cara pemimpin memanusiakan manusia, mendengarkan opini dari TIM juga memanusiakan manusia bahkan memberikan semangat, sapaan selamat pagi dan mengucapkan hati-hati dijalan juga memanusiakan manusia.

konsepnya memang mudah simpel namun sangat dalam dan membutuhkan konsisten. konsep ini ada di The Corporate Mystic di bagian ilmu “jiwa/rasa” (Genderuwo) next akan aku tuliskan tentang ini.

sampai saat ini pun aku masih belajar dan memahami bagaimana memanusiakan manusia secara konsisten dan benar. aku menulis ini agar aku tidak lupa dan sebagai pengingat bahwa memanusiakan manusia itu sangat penting.

--

--

Just Be

Menuliskan apa yang ingin aku tulis agar ingtanku tidak mudah pudar